Perkembangan Mata Uang Digital: Ancaman atau Peluang bagi Bank Sentral?




Oleh: Lucky Mahesa Yahya
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Andalas

Sagonews.com, Senin 25/11/2024 - 

Dalam beberapa tahun terakhir, mata uang digital telah berkembang pesat dan menjadi pusat perhatian di sektor keuangan global. Perkembangan ini terutama dipicu oleh kemunculan mata uang kripto seperti Bitcoin dan Ethereum, serta dorongan dari bank sentral di seluruh dunia untuk menciptakan versi digital dari mata uang mereka, yang dikenal sebagai Central Bank Digital Currency (CBDC). Namun, pertanyaannya adalah: apakah mata uang digital ini merupakan ancaman bagi otoritas keuangan tradisional, terutama bank sentral, atau justru menjadi peluang yang belum dimanfaatkan?

Mata Uang Digital
Mata uang digital adalah bentuk uang elektronik yang dirancang untuk beroperasi secara digital. Salah satu jenis paling umum adalah cryptocurrency yang didesentralisasi seperti Bitcoin dan Ethereum, yang menggunakan teknologi blockchain untuk memverifikasi transaksi. Di sisi lain, CBDC adalah mata uang digital yang diterbitkan oleh bank sentral dan diatur oleh pemerintah. Tidak seperti cryptocurrency, CBDC beroperasi di bawah kontrol ketat dari bank sentral dan dapat digunakan untuk transaksi sehari-hari sama seperti mata uang fiat yang beredar saat ini.

Perkembangan Mata Uang Digital di Dunia
Perkembangan mata uang digital semakin pesat, baik dari sisi cryptocurrency maupun CBDC. Menurut laporan dari Bank for International Settlements (BIS), hingga tahun 2023, lebih dari 85% bank sentral di seluruh dunia sedang mengeksplorasi kemungkinan penerapan CBDC. Negara-negara seperti Tiongkok, Bahama, dan Nigeria telah meluncurkan versi uji coba atau bahkan memperkenalkan mata uang digital resmi mereka, seperti e-CNY di Tiongkok dan Sand Dollar di Bahama.
Sementara itu, cryptocurrency juga terus berkembang dengan adopsi yang semakin meluas. Kapitalisasi pasar Bitcoin, misalnya, telah mencapai lebih dari $1 triliun pada puncaknya pada tahun 2021. Laporan dari Chainalysis mengungkapkan bahwa pada tahun 2022, total nilai transaksi cryptocurrency global mencapai lebih dari $15 triliun, menunjukkan minat yang besar dari investor dan pengguna.

Mata Uang Digital sebagai Ancaman bagi Bank Sentral
1. Pengurangan Kontrol Moneter
Salah satu ancaman terbesar yang dihadapi bank sentral dengan munculnya mata uang digital, terutama cryptocurrency, adalah hilangnya kontrol atas kebijakan moneter. Dalam sistem keuangan tradisional, bank sentral memiliki kendali penuh atas penawaran uang, suku bunga, dan inflasi. Namun, cryptocurrency seperti Bitcoin beroperasi secara independen dari bank sentral dan menggunakan sistem desentralisasi yang membuat bank sentral sulit mengendalikan sirkulasi uang di pasar.
Ketika cryptocurrency semakin banyak digunakan sebagai alat pembayaran dan penyimpanan nilai, potensi bagi bank sentral untuk mengendalikan kebijakan moneter dapat berkurang secara signifikan. Hal ini dapat menyebabkan ketidakstabilan ekonomi jika otoritas keuangan tidak dapat mengendalikan inflasi, nilai tukar, atau stabilitas pasar secara efektif.

2. Ancaman terhadap Stabilitas Keuangan
Cryptocurrency yang tidak diatur juga membawa risiko ketidakstabilan keuangan. Mata uang digital sering kali sangat volatil, dengan fluktuasi harga yang drastis dalam waktu singkat. Misalnya, nilai Bitcoin pernah turun lebih dari 50% dalam waktu hanya beberapa minggu pada tahun 2021. Ketidakstabilan semacam ini bisa memicu krisis kepercayaan di pasar dan menyebabkan guncangan sistemik dalam sistem keuangan global.
Selain itu, keberadaan stablecoin – cryptocurrency yang dipatok pada mata uang fiat atau aset lain – juga menimbulkan risiko bagi stabilitas keuangan. Stablecoin seperti Tether dan USD Coin (USDC) berusaha untuk mempertahankan nilai tetap terhadap dolar AS. Namun, jika cadangan yang mendukung stablecoin tersebut tidak dikelola dengan baik, hal ini dapat menimbulkan kepanikan dan likuiditas yang mengganggu pasar keuangan.

3. Keamanan dan Privasi
Isu lain yang menjadi perhatian bagi bank sentral adalah masalah keamanan dan privasi dalam transaksi mata uang digital. Cryptocurrency, meskipun anonim, dapat digunakan untuk aktivitas ilegal seperti pencucian uang, pendanaan terorisme, atau penghindaran pajak. Dalam beberapa kasus, bank sentral dan pemerintah tidak dapat melacak transaksi ini secara efektif, yang dapat merusak integritas sistem keuangan dan ekonomi nasional.
Di sisi lain, CBDC juga menimbulkan tantangan privasi. Ketika bank sentral memiliki akses langsung ke data transaksi digital, hal ini menimbulkan kekhawatiran tentang pengawasan yang berlebihan dan pelanggaran privasi individu. Jika tidak diatur dengan benar, penerapan CBDC dapat menyebabkan ketidakpercayaan masyarakat terhadap otoritas keuangan.

Mata Uang Digital sebagai Peluang bagi Bank Sentral
1. Efisiensi Pembayaran dan Transaksi
CBDC menawarkan peluang besar bagi bank sentral untuk meningkatkan efisiensi dalam sistem pembayaran. Salah satu masalah dalam sistem keuangan tradisional adalah keterlambatan dan biaya tinggi yang terkait dengan transfer lintas batas. Dengan mata uang digital, transfer dapat dilakukan hampir secara instan dan dengan biaya yang jauh lebih rendah dibandingkan sistem tradisional yang bergantung pada perantara.
Bank for International Settlements (BIS) melaporkan bahwa penerapan CBDC dapat mengurangi biaya transaksi lintas batas hingga 50%, meningkatkan inklusi keuangan, dan mempercepat aliran modal. Ini juga berpotensi mengurangi ketergantungan pada sistem pembayaran swasta seperti Visa dan Mastercard, yang sering kali memonopoli pasar.

2. Peningkatan Inklusi Keuangan
Mata uang digital, terutama CBDC, memiliki potensi besar untuk meningkatkan inklusi keuangan. Di banyak negara berkembang, masih banyak orang yang tidak memiliki akses ke layanan perbankan formal. Menurut laporan World Bank, lebih dari 1,7 miliar orang di dunia masih tidak memiliki rekening bank. Dengan mata uang digital, akses ke layanan keuangan bisa menjadi lebih mudah dan lebih murah, bahkan bagi mereka yang tidak memiliki akses ke infrastruktur perbankan tradisional.
Misalnya, di Nigeria, pemerintah meluncurkan eNaira sebagai bagian dari upaya untuk meningkatkan inklusi keuangan dan memberikan akses ke layanan keuangan digital bagi mereka yang tinggal di daerah terpencil dan tidak terjangkau oleh bank.

3. Peningkatan Kontrol Moneter dengan CBDC
Meskipun cryptocurrency dapat mengurangi kontrol bank sentral atas kebijakan moneter, CBDC justru dapat memperkuat kontrol ini. Dengan CBDC, bank sentral dapat melacak dan mengendalikan aliran uang secara lebih efektif, memberikan mereka alat yang lebih canggih untuk mengatur inflasi dan suku bunga. CBDC juga memungkinkan bank sentral untuk bereaksi lebih cepat terhadap kondisi ekonomi yang berubah, seperti krisis keuangan atau perubahan kebijakan fiskal.
Selain itu, CBDC dapat digunakan untuk menerapkan kebijakan moneter yang lebih inovatif, seperti suku bunga negatif. Dalam sistem keuangan tradisional, penerapan suku bunga negatif sering kali terhambat oleh penarikan tunai. Namun, dengan CBDC, bank sentral dapat mengatasi hambatan ini dan mengendalikan suku bunga secara lebih efektif.

Tantangan di Masa Depan
Meskipun terdapat banyak peluang, penerapan mata uang digital oleh bank sentral juga menghadapi sejumlah tantangan yang harus diatasi di masa depan.
1. Interoperabilitas Sistem
Salah satu tantangan utama dalam implementasi CBDC adalah memastikan interoperabilitas dengan sistem keuangan yang ada. Dalam sistem yang terfragmentasi, di mana berbagai negara dan lembaga menggunakan protokol yang berbeda, sulit untuk mencapai kelancaran dalam transfer lintas batas atau pertukaran mata uang.

2. Keamanan Siber
Mata uang digital sangat rentan terhadap serangan siber. Karena seluruh sistem keuangan akan bergantung pada teknologi digital, pelanggaran keamanan atau serangan cyber yang terkoordinasi dapat menyebabkan kerusakan besar pada stabilitas ekonomi. Oleh karena itu, diperlukan investasi besar dalam teknologi keamanan dan infrastruktur siber yang kuat.

3. Resistensi dari Lembaga Keuangan Tradisional
Penerapan CBDC dapat menghadapi perlawanan dari lembaga keuangan tradisional, terutama bank komersial. Dalam sistem keuangan saat ini, bank komersial memiliki peran penting dalam menyalurkan kredit dan mengelola simpanan masyarakat. Namun, dengan CBDC, peran ini dapat berkurang atau bahkan diambil alih oleh bank sentral. Ini menimbulkan kekhawatiran bahwa CBDC dapat mengganggu model bisnis bank tradisional dan menyebabkan disintermediasi keuangan.

Perkembangan mata uang digital, baik dalam bentuk cryptocurrency maupun CBDC, membawa ancaman sekaligus peluang bagi bank sentral. Sementara cryptocurrency dapat mengurangi kontrol moneter dan menyebabkan ketidakstabilan keuangan, CBDC menawarkan peluang untuk meningkatkan efisiensi, inklusi keuangan, dan kontrol moneter. Namun, penerapan mata uang digital juga menghadapi tantangan besar, termasuk masalah keamanan, interoperabilitas, dan resistensi dari lembaga keuangan tradisional.

Untuk memanfaatkan peluang ini, bank sentral harus berhati-hati dalam merancang dan menerapkan mata uang digital. Regulasi yang ketat, sistem keamanan yang kuat, dan kerjasama internasional akan menjadi kunci untuk memastikan bahwa mata uang digital tidak hanya mengubah lanskap keuangan global tetapi juga meningkatkan stabilitas dan inklusi keuangan.