Mengelola Risiko Cybersecurity dalam Sistem Keuangan Digital



Oleh: Lucky Mahesa Yahya
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Andalas

Sagonews.com, Kamis 21/11/2024 - 

Di era digital yang serba cepat ini, digitalisasi telah merevolusi berbagai sektor, termasuk sistem keuangan. Teknologi keuangan atau financial technology (fintech) telah memudahkan akses ke berbagai layanan keuangan seperti perbankan, pembayaran, investasi, dan pinjaman. Namun, perkembangan sistem keuangan digital juga menghadirkan tantangan besar, salah satunya adalah risiko keamanan siber (cybersecurity). Keamanan siber dalam sistem keuangan digital menjadi isu krusial yang memengaruhi kestabilan ekonomi global. Dalam tulisan ini, kita akan membahas bagaimana mengelola risiko cybersecurity dalam sistem keuangan digital, manfaat teknologi keuangan di masa depan, serta kendala yang dihadapi.

Tantangan Cybersecurity dalam Sistem Keuangan Digital

Dengan meningkatnya penggunaan teknologi di sektor keuangan, ancaman cyber menjadi semakin nyata. Menurut laporan dari Norton Cybersecurity Insights Report 2023, serangan siber global telah meningkat hingga 30% selama lima tahun terakhir. Sistem keuangan digital menjadi target empuk bagi para peretas karena tingginya nilai data dan transaksi yang diproses setiap harinya. Serangan yang sering terjadi meliputi:

1. Phishing
Upaya untuk memperoleh informasi sensitif seperti kata sandi atau nomor kartu kredit dengan menyamar sebagai pihak yang terpercaya.

2. Malware
Perangkat lunak berbahaya yang dirancang untuk mengganggu, merusak, atau mendapatkan akses tidak sah ke sistem keuangan.

3. Ransomware
Serangan di mana peretas menyandera data keuangan pengguna dan meminta tebusan untuk membukanya kembali.

4. Distributed Denial of Service (DDoS)
Serangan yang bertujuan untuk membanjiri server dengan lalu lintas yang berlebihan, menyebabkan situs atau aplikasi keuangan tidak dapat diakses.

Laporan dari Bank for International Settlements (BIS) juga menunjukkan bahwa 70% bank sentral di dunia telah mengalami serangan siber pada sistem keuangan mereka dalam lima tahun terakhir. Serangan ini berisiko mengganggu stabilitas sistem keuangan global, memengaruhi kepercayaan konsumen, dan menyebabkan kerugian ekonomi yang besar.

Strategi Mengelola Risiko Cybersecurity dalam Keuangan Digital

Mengelola risiko cybersecurity dalam sistem keuangan digital memerlukan pendekatan yang komprehensif dan berkelanjutan. Beberapa langkah penting dalam mengelola risiko ini meliputi:

1. Penguatan Infrastruktur Keamanan
Mengamankan infrastruktur digital sangat penting untuk melindungi sistem keuangan dari ancaman cyber. Penggunaan teknologi seperti enkripsi data, firewall, dan intrusion detection systems (IDS) dapat membantu mencegah akses tidak sah ke sistem. Institusi keuangan perlu menerapkan kebijakan keamanan yang ketat, termasuk two-factor authentication (2FA) dan manajemen identitas untuk memastikan hanya pengguna yang sah yang dapat mengakses data dan sistem.

2. Pelatihan Karyawan
Salah satu titik lemah dalam keamanan siber adalah faktor manusia. Karyawan yang tidak memiliki pemahaman tentang ancaman siber berpotensi membuka celah bagi peretas untuk melakukan serangan. Pelatihan secara berkala tentang kesadaran keamanan siber, cara mengenali serangan phishing, dan pentingnya perlindungan kata sandi sangat penting untuk mengurangi risiko serangan.

3. Kolaborasi dengan Regulator dan Otoritas Keuangan
Institusi keuangan perlu bekerja sama dengan otoritas pengatur untuk mematuhi regulasi yang berkaitan dengan keamanan siber. Misalnya, di Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bank Indonesia (BI) telah mengeluarkan pedoman terkait keamanan siber untuk industri keuangan. Regulasi ini mencakup kewajiban melaporkan insiden keamanan, audit berkala terhadap sistem, serta penerapan standar keamanan seperti ISO 27001.

4. Pemantauan dan Respons Cepat
Salah satu elemen kunci dalam mengelola risiko cybersecurity adalah pemantauan secara real-time terhadap aktivitas jaringan. Teknologi seperti Security Information and Event Management (SIEM) dapat mendeteksi aktivitas mencurigakan dengan cepat, sehingga memungkinkan institusi keuangan merespons serangan sebelum menyebabkan kerugian besar.

Manfaat Digitalisasi Sistem Keuangan
Meskipun ancaman cybersecurity adalah tantangan besar, tidak dapat disangkal bahwa digitalisasi sistem keuangan memberikan berbagai manfaat yang signifikan, baik untuk institusi keuangan maupun konsumen. Beberapa manfaat utamanya adalah:

1. Akses yang Lebih Mudah dan Cepat
Digitalisasi memungkinkan akses ke layanan keuangan menjadi lebih cepat dan mudah. Pengguna dapat melakukan transaksi kapan saja dan di mana saja tanpa harus mengunjungi kantor cabang bank. Menurut laporan dari McKinsey, digitalisasi perbankan di Asia telah meningkatkan inklusi keuangan sebesar 20% sejak tahun 2015, membawa layanan keuangan kepada masyarakat yang sebelumnya tidak terjangkau oleh perbankan konvensional.

2. Efisiensi Operasional
Teknologi digital juga memungkinkan otomatisasi berbagai proses keuangan, yang sebelumnya dilakukan secara manual. Penggunaan AI dan machine learning dalam analisis data keuangan membantu mengurangi kesalahan manusia dan mempercepat pengambilan keputusan bisnis.

3. Inovasi Produk Keuangan
Digitalisasi membuka pintu bagi inovasi produk keuangan baru seperti dompet digital, layanan pembayaran instan, dan pinjaman berbasis platform. Fintech syariah, misalnya, menawarkan produk keuangan yang sesuai dengan prinsip-prinsip ekonomi Islam, memberikan solusi inklusif bagi masyarakat yang ingin menghindari riba.
Kendala yang Dihadapi di Masa Depan
Meskipun manfaat digitalisasi sistem keuangan jelas, ada beberapa kendala yang akan dihadapi di masa depan, khususnya dalam hal mengelola risiko cybersecurity:

1. Evolusi Ancaman Siber
Seiring dengan berkembangnya teknologi, ancaman siber juga akan semakin canggih. Peretas akan terus mengembangkan teknik baru untuk mengeksploitasi celah keamanan di sistem keuangan digital. Oleh karena itu, sistem keuangan harus terus beradaptasi dan memperbarui pertahanan mereka untuk menghadapi ancaman baru ini.

2. Kurangnya Tenaga Ahli Keamanan Siber
Kebutuhan akan tenaga ahli di bidang keamanan siber terus meningkat, namun pasokan tenaga kerja dengan keahlian khusus di bidang ini masih terbatas. Laporan dari (ISC)² menyebutkan bahwa dunia kekurangan lebih dari 3 juta profesional keamanan siber yang berkualifikasi pada tahun 2022. Kesenjangan ini perlu diatasi untuk memastikan bahwa institusi keuangan memiliki sumber daya yang memadai untuk melindungi sistem mereka.

3. Regulasi yang Dinamis dan Berbeda-Beda
Di berbagai negara, regulasi terkait keamanan siber dalam sistem keuangan bisa sangat bervariasi. Perusahaan multinasional sering kali harus beradaptasi dengan berbagai regulasi di berbagai yurisdiksi, yang dapat menjadi tantangan dalam menjaga kepatuhan. Selain itu, regulasi ini sering kali tertinggal dari perkembangan teknologi, menciptakan celah hukum yang bisa dimanfaatkan oleh penjahat siber.

4. Biaya Investasi Keamanan Siber yang Tinggi
Mengamankan sistem keuangan digital memerlukan investasi yang besar, terutama untuk implementasi teknologi mutakhir dan pelatihan karyawan. Bagi institusi keuangan kecil atau startup fintech, biaya ini bisa menjadi kendala besar dalam mengembangkan layanan mereka sambil memastikan keamanan yang memadai.

Masa Depan Cybersecurity dalam Sistem Keuangan Digital

Melihat tren saat ini, masa depan sistem keuangan digital akan semakin mengandalkan teknologi-teknologi mutakhir seperti blockchain, AI, dan quantum computing. Meskipun teknologi ini menawarkan tingkat keamanan yang lebih tinggi, mereka juga menciptakan tantangan baru. Blockchain, misalnya, menjanjikan transparansi dan keamanan dalam transaksi keuangan, namun masih menghadapi masalah skalabilitas dan regulasi.
Menurut laporan dari World Economic Forum, blockchain diperkirakan akan memainkan peran penting dalam menjaga keamanan data keuangan global di masa depan, terutama dalam hal mencegah penipuan dan manipulasi data. Namun, adopsi teknologi ini secara massal memerlukan waktu dan investasi yang signifikan.

AI dan machine learning juga akan semakin banyak digunakan dalam mendeteksi ancaman siber dan mengotomatisasi respons terhadap serangan. Teknologi ini dapat menganalisis jutaan data secara real-time untuk mengidentifikasi pola serangan yang mencurigakan. Namun, AI juga dapat disalahgunakan oleh peretas untuk menciptakan serangan yang lebih canggih dan sulit terdeteksi.

Mengelola risiko cybersecurity dalam sistem keuangan digital memerlukan pendekatan yang terintegrasi dan berkelanjutan. Digitalisasi sistem keuangan membawa manfaat besar dalam hal akses, efisiensi, dan inovasi, namun juga menghadirkan ancaman yang serius jika tidak dikelola dengan baik. Dengan mengadopsi teknologi keamanan terbaru, melatih tenaga kerja, dan bekerja sama dengan regulator, institusi keuangan dapat mengurangi risiko dan memanfaatkan peluang yang ditawarkan oleh ekonomi digital. Tantangan yang dihadapi di masa depan, termasuk evolusi ancaman siber dan kesenjangan tenaga ahli, harus dihadapi dengan kesiapan yang matang.