Oleh: Zakia Aini (Alumni Aqidah dan Filsafat Islam UIN Bukittinggi)
1. Pandangan tentang Manusia Menurut Ali Syariati
Pertanyaan tentang hakikat dan eksistensi manusia telah menjadi perhatian utama sepanjang sejarah. Bagi Ali Syariati, manusia merupakan fenomena yang paling kompleks di alam semesta, sehingga membutuhkan perhatian yang mendalam. Dalam dunia modern, kegagalan manusia memahami dirinya sendiri menjadi penyebab utama tragedi besar di era ilmu pengetahuan dan teknologi. Meskipun sains berhasil mengatasi berbagai hambatan sosial, ia gagal menjawab pertanyaan fundamental tentang makna manusia.
2. Konsep Humanisme Islam dan Perjuangan Keadilan
Humanisme Islam, sebagaimana digagas oleh Syariati, bertujuan untuk melawan ketidakadilan yang dilakukan oleh penguasa dari masa ke masa. Ketidakpedulian terhadap kaum tertindas sangat memprihatinkan, karena para pemimpin sering kali lebih mementingkan kelompoknya sendiri. Pemimpin ideal adalah sosok yang mampu menghadirkan keadilan dan kesejahteraan tanpa diskriminasi. Islam sebagai agama yang membawa rahmat harus diterapkan di seluruh aspek kehidupan manusia.
3. Ali Syariati sebagai Pemikir Revolusioner
Ali Syariati, lahir pada 24 November 1933 di Iran, adalah salah satu pemikir utama Revolusi Iran pada abad ke-20. Sebagai intelektual terkemuka, ia dikenal sebagai ahli sintesis yang menggabungkan berbagai pemikiran untuk menjawab persoalan identitas individu dan kemanusiaan. Syariati memulai konsep humanisme Islam melalui kajian mendalam tentang penciptaan manusia dalam Al-Qur’an, di mana manusia dipandang sebagai khalifah Allah dengan sifat bidimensional—gabungan antara tanah dan ruh ilahi.
4. Perjuangan Melawan Ketertindasan
Syariati menekankan bahwa sejarah manusia selalu diwarnai dengan perbudakan dan penindasan. Ia percaya bahwa tugas utama agama, termasuk Islam, adalah membebaskan manusia dari ketertindasan, baik secara politik, ekonomi, maupun intelektual. Nabi Muhammad menjadi teladan perjuangan untuk mengangkat martabat manusia dari kezaliman. Revolusi nilai-nilai ini menjadi inti filsafat gerakan Syariati, yang bertujuan menghapus eksploitasi dan menegakkan keadilan.
5. Empat Penjara Deterministik dalam Kehidupan Manusia
Menurut Syariati, manusia harus melampaui empat penjara deterministik—alam, sejarah, masyarakat, dan ego—untuk menjadi manusia yang sejati. Penjara pertama, alam, dapat dilampaui dengan ilmu pengetahuan dan teknologi. Penjara kedua, sejarah, menuntut manusia memahami pengaruh masa lalu terhadap kehidupannya. Penjara ketiga, masyarakat, memerlukan pembaruan sosial untuk melepaskan individu dari tekanan lingkungan. Penjara keempat, ego, adalah tantangan terbesar, yang hanya bisa diatasi melalui cinta, iman, dan refleksi mendalam terhadap diri sendiri.
6. Gambaran Manusia Ideal
Manusia ideal menurut Syariati adalah individu yang mampu mengintegrasikan tiga sifat utama: kesadaran, kebebasan, dan kreativitas. Ia memiliki kecerdasan untuk membangun peradaban maju, tetapi juga kelembutan hati untuk peduli terhadap penderitaan manusia. Figur ini mampu mengatasi tantangan duniawi sambil tetap menjaga nilai-nilai spiritual dan keilahian.
Kesimpulan
Pemikiran Ali Syariati mencerminkan komitmen terhadap pembebasan manusia dari segala bentuk penindasan. Dengan pendekatan yang menggabungkan iman, ilmu, dan cinta, Syariati menawarkan jalan menuju kemanusiaan yang lebih adil dan bermartabat. Agama tidak hanya berfungsi sebagai keyakinan pribadi, tetapi juga sebagai motor pembebasan sosial.