Oleh: Lucky Mahesa Yahya
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Andalas
Sagonews.com, Sabtu 23/11/2024 -
Blockchain, sebagai teknologi yang terus berkembang sejak diperkenalkan melalui mata uang kripto Bitcoin pada tahun 2008, telah menciptakan gelombang disrupsi di berbagai industri, termasuk sektor bisnis tradisional. Pada dasarnya, blockchain adalah sebuah buku besar digital terdistribusi yang memungkinkan pencatatan transaksi secara transparan, aman, dan permanen tanpa perlu melibatkan pihak ketiga. Hal ini membawa potensi perubahan besar dalam model bisnis tradisional, di mana banyak fungsi yang sebelumnya memerlukan perantara kini dapat dilakukan secara langsung melalui teknologi ini.
Mengapa Blockchain Penting dalam Bisnis?
Salah satu aspek terpenting dari blockchain adalah transparansi dan keamanannya. Dalam bisnis tradisional, perusahaan sering mengandalkan perantara, seperti bank, notaris, atau pihak ketiga lainnya, untuk memfasilitasi transaksi atau memastikan keamanan data. Dengan blockchain, setiap transaksi yang dilakukan dicatat dalam sebuah rantai blok yang tersebar di banyak komputer (node), sehingga hampir tidak mungkin untuk memalsukan atau merusak data tersebut. Ini memberikan solusi terhadap masalah kepercayaan yang selama ini menjadi penghalang dalam bisnis, terutama dalam transaksi lintas batas dan antar perusahaan.
Sebagai contoh, dalam rantai pasokan (supply chain), blockchain memungkinkan pelacakan setiap tahap perjalanan produk, dari produsen hingga konsumen, tanpa risiko manipulasi data. Sebuah laporan oleh IBM menyebutkan bahwa penggunaan blockchain di sektor ini dapat mengurangi waktu pelacakan produk dari 7 hari menjadi hanya beberapa detik. Manfaat ini sangat penting untuk memastikan keaslian produk, terutama di industri seperti farmasi dan makanan, di mana keamanan dan kualitas adalah prioritas utama.
Dampak pada Model Bisnis Tradisional
1. Pengurangan Ketergantungan pada Perantara
Blockchain memungkinkan transaksi peer-to-peer tanpa perlu perantara. Dalam model bisnis tradisional, pihak ketiga sering digunakan untuk menjamin keamanan transaksi dan integritas data. Namun, dengan blockchain, transaksi dapat diverifikasi dan divalidasi oleh jaringan itu sendiri. Ini dapat mengurangi biaya operasional dan meningkatkan efisiensi bisnis. Sebagai contoh, dalam industri perbankan, penggunaan blockchain untuk pembayaran lintas batas dapat mengurangi biaya transfer dan mempercepat waktu pemrosesan dibandingkan dengan sistem tradisional seperti SWIFT.
2. Transparansi yang Lebih Tinggi
Blockchain menyediakan catatan permanen dan transparan dari setiap transaksi yang dilakukan. Hal ini sangat penting untuk bisnis yang bergantung pada kepercayaan, seperti sektor keuangan, real estat, dan logistik. Dalam konteks bisnis tradisional, sering kali ada masalah dengan audit, pelaporan keuangan, dan integritas data. Dengan blockchain, setiap transaksi yang terjadi dapat diverifikasi oleh semua pihak yang terlibat, sehingga meminimalisir kemungkinan kecurangan dan penyalahgunaan data.
3. Desentralisasi
Salah satu keunggulan utama blockchain adalah sifatnya yang desentralisasi. Dalam model bisnis tradisional, pusat kontrol biasanya ada di tangan perusahaan atau pihak tertentu. Namun, dengan blockchain, kontrol dapat didistribusikan di antara berbagai pemangku kepentingan. Ini tidak hanya mempercepat pengambilan keputusan tetapi juga memberikan kekuatan yang lebih besar kepada konsumen dan mitra bisnis. Sebagai contoh, platform tokenisasi aset memungkinkan kepemilikan saham atau properti didistribusikan secara lebih merata, tanpa perlu perantara seperti broker atau agen.
4. Smart Contracts
Teknologi blockchain juga membawa konsep smart contracts, yaitu kontrak digital yang dapat dieksekusi secara otomatis berdasarkan pemenuhan syarat-syarat tertentu yang disepakati. Smart contracts ini menghilangkan kebutuhan akan penegakan kontrak oleh pihak ketiga, seperti pengacara atau notaris, karena kontrak ini secara otomatis menegakkan syarat-syarat yang telah diprogramkan di dalamnya. Hal ini membuka peluang bagi banyak bisnis untuk mengurangi biaya legal dan administrasi yang terkait dengan perjanjian dan kontrak, serta menghindari sengketa hukum yang sering terjadi.
5. Tokenisasi Aset
Salah satu inovasi terbesar yang dimungkinkan oleh blockchain adalah tokenisasi aset. Tokenisasi memungkinkan aset fisik atau digital dipecah menjadi unit-unit kecil yang dapat diperdagangkan secara bebas. Misalnya, properti atau karya seni dapat diubah menjadi token digital yang dapat dimiliki oleh banyak orang. Ini memungkinkan likuiditas yang lebih besar di pasar yang sebelumnya tidak likuid. Misalnya, seseorang dapat memiliki sebagian kecil dari properti yang bernilai jutaan dolar tanpa harus membeli keseluruhan properti tersebut.
Kendala yang Dihadapi
Meskipun blockchain menawarkan banyak manfaat, ada beberapa kendala yang perlu diatasi sebelum teknologi ini dapat diadopsi secara luas dalam model bisnis tradisional.
1. Skalabilitas
Salah satu masalah terbesar dengan blockchain adalah skalabilitasnya. Sebagai contoh, jaringan Bitcoin hanya mampu memproses sekitar 7 transaksi per detik, sementara jaringan pembayaran tradisional seperti Visa dapat memproses lebih dari 24.000 transaksi per detik. Ini menimbulkan masalah jika blockchain digunakan dalam skala besar di industri yang memerlukan kecepatan dan volume transaksi tinggi.
2. Regulasi
Regulasi juga menjadi tantangan utama dalam adopsi blockchain. Karena sifatnya yang desentralisasi dan sulit diawasi, banyak pemerintah masih berusaha menemukan cara terbaik untuk mengatur penggunaan teknologi ini, terutama dalam hal mata uang kripto dan kontrak pintar. Sebagai contoh, regulasi mengenai penggunaan smart contracts masih belum jelas di banyak negara, sehingga menimbulkan ketidakpastian hukum bagi bisnis yang ingin mengadopsi teknologi ini.
3. Keamanan
Meskipun blockchain secara teori lebih aman daripada sistem tradisional, masih ada ancaman keamanan yang perlu diwaspadai, seperti serangan 51% atau kerentanan dalam smart contracts. Serangan 51% terjadi ketika satu pihak menguasai lebih dari 50% jaringan blockchain dan dapat memanipulasi transaksi yang dilakukan. Selain itu, smart contracts yang salah diprogram juga dapat dieksploitasi oleh pihak-pihak jahat, seperti yang terjadi dalam kasus pencurian dana di DAO pada tahun 2016.
4. Adopsi Teknologi
Salah satu kendala terbesar adalah kurangnya pemahaman dan adopsi teknologi blockchain di kalangan masyarakat umum dan perusahaan tradisional. Banyak perusahaan masih enggan untuk berinvestasi dalam teknologi ini karena kurangnya keahlian teknis dan infrastruktur yang diperlukan. Selain itu, perusahaan sering kali memerlukan pelatihan dan pendidikan untuk memahami cara terbaik mengintegrasikan blockchain ke dalam model bisnis mereka.
Masa Depan Blockchain dalam Bisnis Tradisional
Ke depan, blockchain diprediksi akan terus memainkan peran penting dalam transformasi bisnis tradisional. Dengan inovasi yang terus berkembang, seperti konsensus proof-of-stake yang lebih efisien dan skalabilitas yang ditingkatkan, banyak dari tantangan yang ada saat ini dapat diatasi.
Sektor-sektor seperti keuangan, rantai pasokan, kesehatan, dan pemerintahan diperkirakan akan mengalami disrupsi terbesar. Misalnya, di sektor kesehatan, blockchain dapat digunakan untuk menyimpan data pasien secara aman dan terenkripsi, memungkinkan akses yang mudah bagi dokter atau rumah sakit tanpa risiko pelanggaran privasi.
Selain itu, adopsi teknologi blockchain oleh pemerintah untuk memfasilitasi transaksi yang lebih transparan dan efisien, seperti pembayaran pajak dan pemilihan umum, juga diharapkan meningkat. Beberapa negara seperti Estonia telah mulai mengintegrasikan teknologi ini ke dalam sistem pemerintahannya.
Blockchain adalah teknologi yang sangat berpotensi mengubah model bisnis tradisional dengan menawarkan efisiensi, keamanan, dan transparansi yang lebih tinggi. Meskipun menghadapi beberapa kendala seperti skalabilitas, regulasi, dan adopsi teknologi, inovasi yang sedang berlangsung dapat membantu mengatasi masalah-masalah ini di masa depan. Bisnis yang berani mengadopsi blockchain sejak dini kemungkinan akan mendapatkan keuntungan kompetitif yang signifikan, sementara mereka yang tertinggal mungkin menghadapi tantangan dalam bersaing di era digital yang semakin berkembang.