Oleh: Lucky Mahesa Yahya
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Andalas
Sagonews.com, Kamis 24 Oktober 2024 -
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) memainkan peran penting dalam ekonomi global dan nasional. Di banyak negara berkembang, termasuk Indonesia, UMKM menjadi tulang punggung perekonomian, menciptakan lapangan kerja, dan mendorong inovasi lokal. Menurut data dari Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (KUKM), lebih dari 99% bisnis di Indonesia merupakan UMKM, menyerap lebih dari 97% tenaga kerja, dan berkontribusi sekitar 60% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional.
Namun, salah satu tantangan utama yang dihadapi UMKM adalah keterbatasan akses ke pembiayaan formal. Banyak UMKM tidak dapat memenuhi persyaratan perbankan tradisional untuk mendapatkan pinjaman, seperti jaminan aset, sejarah kredit yang baik, atau dokumentasi yang memadai. Di sinilah peran digital finance atau teknologi finansial (fintech) menjadi solusi yang sangat relevan. Digital finance memfasilitasi akses yang lebih luas, lebih cepat, dan lebih fleksibel bagi UMKM, yang sebelumnya tidak terjangkau oleh sistem perbankan tradisional.
Definisi dan Jenis Digital Finance
Digital finance mencakup berbagai layanan keuangan yang didukung oleh teknologi, seperti pembayaran digital, pinjaman peer-to-peer (P2P), crowdfunding, dan layanan keuangan berbasis blockchain. Dengan penggunaan teknologi, layanan ini dapat diakses dengan lebih mudah dan cepat, tanpa harus melalui birokrasi dan persyaratan yang rumit dari perbankan tradisional.
Jenis-jenis digital finance yang mendukung UMKM meliputi:
1. Layanan Pembayaran Digital: Membantu UMKM menerima pembayaran secara elektronik, memperluas basis pelanggan, dan memudahkan pengelolaan kas.
2. Pinjaman Peer-to-Peer (P2P): Memungkinkan UMKM memperoleh pinjaman dari investor individu tanpa melalui bank, yang sering kali menawarkan persyaratan yang lebih fleksibel.
3. Crowdfunding: UMKM dapat menggalang dana dari banyak orang melalui platform digital untuk mendukung proyek atau usaha baru.
4. Layanan Keuangan Berbasis Blockchain: Teknologi ini memungkinkan transaksi yang lebih aman, cepat, dan transparan, terutama dalam pembayaran lintas negara.
Meningkatkan Akses Pembiayaan untuk UMKM Melalui Digital Finance
1. Solusi bagi UMKM yang Unbanked
Menurut data dari Bank Dunia, sekitar 1,7 miliar orang di dunia tidak memiliki akses ke layanan perbankan. Di Indonesia sendiri, Global Findex melaporkan bahwa lebih dari 50 juta orang dewasa tidak memiliki rekening bank. Banyak dari mereka adalah pemilik UMKM atau usaha mikro yang kesulitan mendapatkan modal usaha karena tidak memiliki akses ke pembiayaan formal.
Di sinilah peran fintech, terutama dalam menyediakan pinjaman P2P dan layanan keuangan berbasis teknologi. Modalku dan Investree adalah contoh platform fintech di Indonesia yang menyediakan pinjaman bagi UMKM yang sebelumnya sulit mengakses layanan perbankan konvensional. Dengan menggunakan data alternatif, seperti rekam jejak penjualan online atau aktivitas media sosial, fintech dapat menilai kelayakan kredit UMKM dengan lebih akurat dan cepat.
Menurut Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI), total pinjaman yang disalurkan oleh platform P2P lending di Indonesia pada tahun 2023 mencapai Rp 155 triliun, dengan sebagian besar dana ini disalurkan kepada UMKM. Ini menunjukkan bahwa fintech telah membuka pintu baru bagi UMKM yang tidak terjangkau oleh bank tradisional.
2. Proses Pembiayaan yang Lebih Cepat dan Efisien
Perbankan tradisional biasanya membutuhkan waktu berminggu-minggu atau bahkan berbulan-bulan untuk memproses aplikasi pinjaman. Proses yang berbelit-belit, mulai dari pengajuan dokumen hingga verifikasi kredit, menjadi salah satu hambatan besar bagi UMKM yang membutuhkan dana cepat untuk operasional atau ekspansi.
Digital finance memungkinkan proses yang jauh lebih cepat. Dengan memanfaatkan teknologi seperti big data dan kecerdasan buatan (AI), platform fintech dapat memproses aplikasi pinjaman dalam hitungan jam atau hari. KPMG melaporkan bahwa fintech dapat mengurangi waktu pemrosesan pinjaman hingga 70%, memberikan solusi yang lebih efisien bagi UMKM.
3. Biaya yang Lebih Rendah
Selain kecepatan, biaya akses ke pembiayaan melalui fintech juga relatif lebih rendah dibandingkan bank konvensional. Tanpa adanya biaya operasional fisik seperti cabang atau staf yang banyak, fintech dapat menawarkan pinjaman dengan bunga yang lebih kompetitif. Sebagai contoh, bunga pinjaman dari Pinjaman Modal di Indonesia bisa lebih rendah dibandingkan dengan pinjaman bank konvensional, terutama bagi UMKM dengan rekam jejak keuangan yang terbatas.
4. Layanan Pembayaran Digital dan Pengelolaan Kas
Layanan pembayaran digital tidak hanya memudahkan UMKM dalam menerima pembayaran dari pelanggan, tetapi juga membantu mereka mengelola arus kas dengan lebih baik. Menurut Bank Indonesia, pertumbuhan penggunaan dompet digital dan pembayaran QR meningkat drastis di Indonesia, terutama selama pandemi COVID-19, yang mendorong banyak UMKM untuk beralih ke sistem pembayaran digital.
Penggunaan pembayaran digital juga memungkinkan UMKM untuk terhubung dengan ekosistem digital yang lebih luas, termasuk e-commerce dan pasar online. Ini membuka peluang untuk memperluas pasar dan menjangkau lebih banyak pelanggan.
Tantangan dalam Digital Finance bagi UMKM
Meskipun digital finance menawarkan banyak manfaat, ada sejumlah tantangan yang perlu diperhatikan dalam penerapannya untuk UMKM:
1. Literasi Digital dan Keuangan
Salah satu tantangan terbesar adalah rendahnya tingkat literasi digital dan keuangan di kalangan UMKM, terutama di daerah pedesaan atau terpencil. Meskipun fintech menawarkan solusi yang lebih mudah diakses, banyak pemilik UMKM yang masih kurang memahami cara menggunakannya atau skeptis terhadap keamanan transaksi digital. Data dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukkan bahwa tingkat literasi keuangan di Indonesia masih berada di bawah 40%, yang berarti banyak UMKM belum sepenuhnya memahami bagaimana menggunakan layanan keuangan digital dengan bijak.
2. Keamanan Cyber
Dengan meningkatnya penggunaan layanan digital, ancaman keamanan cyber juga meningkat. UMKM, yang sering kali memiliki sumber daya terbatas untuk berinvestasi dalam keamanan digital, menjadi target yang rentan terhadap serangan cyber. Sebuah laporan dari Cisco menyebutkan bahwa lebih dari 43% serangan siber ditargetkan pada usaha kecil dan menengah, yang menunjukkan bahwa keamanan data menjadi isu penting dalam penggunaan fintech.
3. Regulasi yang Masih Berkembang
Sektor fintech berkembang dengan sangat cepat, dan regulasi yang ada sering kali tertinggal. Hal ini dapat menyebabkan ketidakpastian bagi UMKM yang menggunakan layanan fintech, terutama terkait dengan perlindungan konsumen dan kepastian hukum dalam transaksi digital. Meskipun OJK dan Bank Indonesia telah berupaya untuk mengatur industri ini, regulasi yang lebih jelas dan terperinci masih diperlukan.
Potensi Masa Depan Digital Finance untuk UMKM
Melihat tren perkembangan digital finance dan adopsi yang semakin luas, potensi fintech dalam mendukung pertumbuhan UMKM di masa depan sangatlah besar. Beberapa area potensial untuk pengembangan lebih lanjut meliputi:
1. Integrasi dengan E-commerce
Platform fintech dapat semakin terintegrasi dengan e-commerce untuk memfasilitasi pembiayaan langsung kepada penjual online. Dengan data transaksi yang tersedia di platform e-commerce, fintech dapat memberikan pinjaman modal kerja yang disesuaikan dengan kebutuhan UMKM berdasarkan kinerja penjualan mereka.
2. Pemanfaatan Teknologi Blockchain
Teknologi blockchain menawarkan solusi transparan dan aman untuk transaksi keuangan. Untuk UMKM yang beroperasi secara internasional, blockchain dapat memfasilitasi pembayaran lintas negara yang lebih cepat dan lebih murah dibandingkan sistem tradisional. Menurut World Economic Forum, penggunaan blockchain di sektor keuangan dapat mengurangi biaya transaksi lintas negara hingga 40%.
3. Pengembangan Keuangan Syariah Digital
Di negara-negara dengan mayoritas penduduk Muslim, seperti Indonesia, pengembangan fintech berbasis syariah juga memiliki potensi besar. Fintech syariah dapat menawarkan produk-produk keuangan yang sesuai dengan prinsip-prinsip Islam, seperti pembiayaan tanpa bunga, yang menarik bagi UMKM yang ingin menjalankan bisnis sesuai dengan nilai-nilai agama.
Peran digital finance dalam meningkatkan akses pembiayaan bagi UMKM sangat signifikan. Teknologi ini telah membuka peluang bagi UMKM untuk mendapatkan modal yang lebih cepat, mudah, dan terjangkau. Namun, tantangan seperti literasi digital, keamanan cyber, dan regulasi yang berkembang perlu diatasi untuk memastikan keberlanjutan dan inklusi yang lebih luas. Ke depan, kolaborasi antara pemerintah, regulator, dan sektor fintech menjadi kunci untuk memaksimalkan potensi digital finance dalam mendukung pertumbuhan UMKM yang lebih inklusif dan berkelanjutan.