DESEMBRI, SH, MA
(Ketua BKSM Kota Payakumbuh)
Sagonews.com -
ٱلْحَمْدُ لِلَّهِ ٱلَّذِى خَلَقَ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضَ وَجَعَلَ ٱلظُّلُمَٰتِ وَٱلنُّورَ ۖ ثُمَّ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ بِرَبِّهِمْ يَعْدِلُونَ
أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلهَ إِلَّا اللهُ الرَّحْمنُ الرَّحِيْمُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا أَفْضَلُ الْمُرْسَلِيْنَ، اللّهُمَّ فَصَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ ذِي الْقَلْبِ الْحَلِيْمِ وَآلِهِ الْمَحْبُوْبِيْنَ وَأَصْحَابِهِ الْمَمْدُوْحِيْنَ وَمَنْ تَبِعَ سُنَّتَهُ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنَ، وَبَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ أُوْصِيْنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ وَنَجَا الْمُطِيْعُوْنَ.
فَقَالَ الله تَعَالىٰ :يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا اتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقٰتِهٖ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَ نْـتُمْ مُّسْلِمُوْنَ
Hadirin Jama'ah Jum'at yang terhormat.
Dalam kehidupan, konflik adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari sepenuhnya. Setiap manusia, sebagai makhluk sosial, akan selalu berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain. Dalam proses ini, perbedaan pandangan, ketidaksepahaman, hingga gesekan dapat terjadi. Namun, Islam sebagai agama rahmat menawarkan solusi yang bijaksana dalam menghadapi dan menyelesaikan konflik, yaitu melalui rekonsiliasi. Rekonsiliasi dalam Islam bukan hanya sekadar penyelesaian masalah, tetapi juga upaya untuk mempererat kembali persaudaraan yang mungkin terganggu akibat konflik.
Islam mengajarkan bahwa manusia tidak luput dari kesalahan. Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda,
كُلُّ بَنِي آدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُ الْخَطَّائِينَ التَّوَّابُونَ
"Setiap anak Adam berbuat dosa, dan sebaik-baik orang yang berdosa adalah yang bertaubat" (HR. Tirmidzi). Ini menunjukkan bahwa kesalahan adalah bagian dari fitrah manusia, namun Islam menuntun umatnya untuk senantiasa memperbaiki diri melalui taubat. Salah satu indikator taubat yang diterima adalah ketika seseorang berani mengakui kesalahannya dan berusaha memperbaiki hubungan dengan sesama.
Hadirin yang dimuliakan,
Dalam Al-Qur'an, Allah SWT berfirman:
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman :
فَا تَّقُوا اللّٰهَ وَاَ صْلِحُوْا ذَا تَ بَيْنِكُمْ ۖ وَاَ طِيْعُوا اللّٰهَ وَرَسُوْلَهٗۤ اِنْ كُنْتُمْ مُّؤْمِنِيْنَ
“Dan bertakwalah kepada Allah dan perbaikilah hubungan di antara sesamamu” (QS. Al-Anfal: 1). Ayat ini menekankan pentingnya menjaga hubungan harmonis antar sesama manusia serta segera memperbaiki hubungan yang rusak akibat konflik. Dalam konteks rekonsiliasi, Islam mengajarkan bahwa memperbaiki hubungan bukan sekadar menyelesaikan masalah, melainkan juga memulihkan dan menumbuhkan kembali rasa saling percaya serta kasih sayang di antara saudara seiman.
Jama'ah Jum'at Rahimakumullah
Salah satu prinsip yang sangat ditekankan dalam Islam adalah keadilan. Ketika terjadi konflik, penting untuk mencari solusi yang adil, tidak memihak, dan menjunjung tinggi kebenaran. Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Ma’idah: 8:
يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُوْنُوْا قَوَّا مِيْنَ لِلّٰهِ شُهَدَآءَ بِا لْقِسْطِ ۖ وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَاٰ نُ قَوْمٍ عَلٰۤى اَ لَّا تَعْدِلُوْا ۗ اِعْدِلُوْا ۗ هُوَ اَقْرَبُ لِلتَّقْوٰى
“Wahai orang-orang yang beriman! Jadilah kamu sebagai penegak keadilan, karena Allah, ketika menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum mendorongmu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa”. Prinsip keadilan inilah yang menjadi pondasi penting dalam proses rekonsiliasi.
Namun, keadilan saja tidak cukup tanpa adanya kerendahan hati dan sikap saling memaafkan. Islam sangat menekankan pentingnya memaafkan sebagai bentuk dari rahmat dan kasih sayang. Allah SWT berfirman:
خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِا لْعُرْفِ وَاَ عْرِضْ عَنِ الْجٰهِلِيْنَ
“Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma'ruf, serta berpalinglah dari orang-orang yang bodoh” (QS. Al-A’raf: 199).
Dalam ayat tersebut, kata bodoh diterjemahkan dari kata "الْجٰهِلِيْنَ" (al-jahilin), yang secara harfiah berarti orang-orang yang tidak berilmu atau jahil. Namun, dalam konteks ayat ini, bodoh lebih merujuk pada orang-orang yang bersikap tidak bijaksana, keras kepala, dan cenderung mempertahankan perilaku yang tidak baik atau penuh kebodohan moral. Mereka adalah orang-orang yang bersikap arogan, menolak kebenaran, serta sering terlibat dalam perdebatan yang tidak bermanfaat atau tindakan yang jauh dari nilai-nilai kebajikan.
Jama'ah Jum'at Rahimakumullah
Tidak ada manusia yang sempurna, sebagaimana pepatah menyatakan, “Tak ada gading yang tak retak”. Oleh karena itu, Islam mendorong umatnya untuk selalu memberi kesempatan kepada orang lain yang telah berbuat salah untuk memperbaiki diri. Dengan membuka pintu maaf, kita tidak hanya membantu orang lain, tetapi juga membersihkan hati kita dari rasa dendam dan kebencian yang dapat merusak ukhuwah Islamiyah.
Selain itu, Rasulullah SAW juga mengajarkan pentingnya musyawarah dalam menyelesaikan konflik. Musyawarah adalah salah satu cara untuk mencapai kesepakatan dengan melibatkan semua pihak yang terlibat. Dalam QS. Asy-Syura: 38, Allah SWT berfirman :
وَاَ مْرُهُمْ شُوْرٰى بَيْنَهُمْ ۖ
“Sedangkan urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah antara mereka”. Proses musyawarah ini memberikan kesempatan bagi semua pihak untuk mengemukakan pandangan mereka secara terbuka dan mencari solusi yang terbaik tanpa menimbulkan permusuhan.
Hadirin Jama'ah Jum'at yang terhormat,
Islam juga memberikan perhatian besar pada pentingnya menjaga ukhuwah atau persaudaraan sesama Muslim. Rasulullah SAW bersabda: “Tidaklah beriman seseorang di antara kamu hingga dia mencintai saudaranya sebagaimana dia mencintai dirinya sendiri” (HR. Bukhari dan Muslim). Dengan menjaga persaudaraan, konflik dapat diminimalisir, dan jika pun terjadi, solusi dapat dicapai dengan lebih mudah karena adanya ikatan kasih sayang di antara sesama.
Di dalam Al-Qur'an juga disebutkan bahwa mendamaikan dua pihak yang berselisih adalah amal yang sangat mulia. Allah SWT berfirman :
اِنَّمَا الْمُؤْمِنُوْنَ اِخْوَةٌ فَاَ صْلِحُوْا بَيْنَ اَخَوَيْكُمْ
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu” (QS. Al-Hujurat: 10). Menyelesaikan perselisihan dengan cara damai tidak hanya memelihara ukhuwah, tetapi juga mendatangkan ridha Allah SWT.
Hadirin Jama'ah Jum'at Irsyadukumullah
Rekonsiliasi setelah konflik memerlukan kesabaran, ketulusan, serta kerendahan hati dari semua pihak yang terlibat. Proses ini bukan hanya soal mengakhiri perselisihan, tetapi juga tentang membangun kembali hubungan yang lebih kuat dan harmonis. Dalam Islam, usaha mendamaikan orang yang berselisih memiliki kedudukan yang sangat mulia, bahkan dianggap sebagai bentuk sedekah.
Rasulullah SAW bersabda :
تَعدِلُ بَينَ الاِثْنَيْنِ صَدَقَةٌ
"Memisahkan (menyelesaikan perkara) antara dua orang (yang berselisih) adalah sedekah"
Ini menunjukkan bahwa mendamaikan pihak yang berkonflik merupakan amal yang besar pahalanya, karena selain menciptakan perdamaian, tindakan tersebut juga menyebarkan kebaikan dan kasih sayang di tengah masyarakat. Dalam rekonsiliasi, seseorang harus mampu menahan diri dari amarah, menumbuhkan sikap ikhlas, dan menjauhkan ego, demi mencapai kebaikan bersama. Rekonsiliasi juga menjadi cara untuk menumbuhkan kembali rasa saling percaya dan menjaga ukhuwah Islamiyah yang menjadi fondasi persatuan umat.
Akhirnya, rekonsiliasi dalam Islam adalah langkah nyata untuk memperbaiki dan mempererat kembali hubungan yang retak akibat konflik. Dengan bertaubat, bersikap adil, memaafkan, dan bermusyawarah, umat Islam diajarkan untuk menjadi agen perdamaian yang menjaga persaudaraan dan persatuan di tengah umat. Rekonsiliasi bukan sekadar menyelesaikan masalah, tetapi juga mewujudkan kedamaian hati dan memperkuat ikatan kasih sayang antar sesama.
أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا أَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ المُسْلِمِيْنَ وَالمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ