Khutbah Jum'at, 13 September 2024 ASHABUL KAHFI : KISAH PENGORBANAN MENJAGA KEIMANAN YANG MELINTASI ZAMAN



DESEMBRI, SH, MA
(-Ketua Badan Kerjasama Masjid dan Mubaligh {BKSM} Kota Payakumbuh-
-Advokat/Pengacara pada Kantor Advokat Penyeimbang-)

الْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلَى أُمُوْرِ الدُّنْيَا وَالدِّيْنِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى أَشْرَفِ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ، نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ، 
أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا الله وَحْدَه لَاشَرِيْكَ لَهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ اْلمُبِيْن. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَـمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صادِقُ الْوَعْدِ اْلأَمِيْن. 
أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ. اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. 
فَقَالَ اللهُ تَعَالَى : 
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌ ۢبِمَا تَعْمَلُوْنَ وَلَا تَكُوْنُوْا كَالَّذِيْنَ نَسُوا اللّٰهَ فَاَنْسٰىهُمْ اَنْفُسَهُمْۗ اُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْفٰسِقُوْنَ

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah Subhanahu wa Ta'ala yang telah memberikan kita nikmat iman dan kesehatan. Hanya kepada-Nya kita memanjatkan rasa syukur atas segala karunia dan rahmat yang tak terhingga. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam, yang telah membawa risalah Islam sebagai petunjuk hidup. Semoga kita termasuk umat yang istiqamah dalam mengikuti jejaknya hingga akhir hayat.

Hadirin jamaah Jum'at yang terhormat.
Kisah Ashabul Kahfi merupakan salah satu cerita yang sangat terkenal dalam Al-Qur’an. Kisah ini tidak hanya memberikan pelajaran tentang keteguhan iman, tetapi juga menginspirasi umat Islam sepanjang zaman untuk tetap teguh dalam menjaga keyakinan meskipun dihadapkan pada tekanan dan ancaman. 

Dalam surah Al-Kahfi ayat 9-26, Allah SWT menceritakan kisah sekelompok pemuda yang memilih untuk meninggalkan kampung halaman mereka demi menjaga tauhid. Pemuda-pemuda ini hidup di bawah kekuasaan seorang raja yang zalim dan kafir, yang memaksa rakyatnya untuk menyembah berhala. Demi menjaga iman dan menghindari kesyirikan, para pemuda ini bersembunyi di sebuah gua. Allah SWT menggambarkan keteguhan mereka dalam firman-Nya:
نَحْنُ نَقُصُّ عَلَيْكَ نَبَاَ هُمْ بِا لْحَـقِّ ۗ اِنَّهُمْ فِتْيَةٌ اٰمَنُوْا بِرَبِّهِمْ وَزِدْنٰهُمْ هُدًى 
"Kami ceritakan kepadamu (Muhammad) kisah mereka dengan sebenarnya. Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan Kami tambahkan petunjuk kepada mereka," (QS. Al-Kahf 18: Ayat 13)

Hadirin yang terhormat.
Kisah Ashabul Kahfi tidak secara eksplisit menyebutkan tahun atau lokasi persis di dalam Al-Qur'an, namun berdasarkan tafsir dan riwayat sejarah, diperkirakan peristiwa ini terjadi antara abad ke-3 hingga abad ke-5 Masehi, pada masa kekuasaan kekaisaran Romawi. Kisah ini diperkirakan berlangsung pada masa pemerintahan Kaisar Romawi yang zalim dan kafir, yang bernama Decius atau Decyanus (249-251 M). Decius terkenal sebagai penguasa yang menindas umat beragama pada masa itu, dan banyak tafsir serta catatan sejarah Islam mengaitkan tindakan represifnya dengan kisah para pemuda yang mencari perlindungan di dalam gua.

Sedangkan untuk lokasi, banyak ulama dan sejarawan Islam berpendapat bahwa gua tempat para pemuda Ashabul Kahfi bersembunyi berada di wilayah yang kini dikenal sebagai Efesus (di Turki modern). Namun, ada pula beberapa pendapat lain yang menyebutkan lokasi di Yordania, di daerah bernama Raqim. Nama Raqim juga disebutkan dalam Al-Qur'an, yang oleh sebagian ulama dianggap merujuk pada tempat atau wilayah yang terkait dengan kisah ini.

Jama'ah Jum'at Rahimakumullah.
Kisah Ashabul Kahfi yang diabadikan dalam Al-Qur'an mengandung banyak hikmah yang dapat diambil oleh umat Islam, di antaranya:

1. Keteguhan Iman di Tengah Tekanan
Salah satu hikmah utama dari kisah Ashabul Kahfi adalah pelajaran tentang pentingnya menjaga iman meskipun dihadapkan pada ancaman dan tekanan. Para pemuda ini berani melawan arus kemusyrikan yang dipaksakan oleh penguasa dan memilih untuk mempertahankan keimanan mereka kepada Allah. Ini mengajarkan bahwa iman harus dipertahankan, bahkan ketika hal itu menuntut pengorbanan besar.

2. Pertolongan Allah bagi Orang yang Bertakwa
Allah SWT menolong para pemuda tersebut dengan cara yang luar biasa. Ketika mereka bersembunyi di gua, Allah menidurkan mereka selama 309 tahun, melindungi mereka dari ancaman penguasa zalim. Ini menunjukkan bahwa siapa pun yang bertawakal kepada Allah dan berjuang di jalan-Nya akan mendapatkan pertolongan-Nya. Allah SWT berfirman : 
وَمَنْ يَّـتَّـقِ اللّٰهَ يَجْعَلْ لَّهٗ مَخْرَجًا 
“Barang siapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar” (QS. At-Talaq: 2).

3. Tawakal dan Kesabaran
Para pemuda Ashabul Kahfi mengajarkan pentingnya bersabar dan bertawakal kepada Allah dalam menghadapi ujian dunia. Meskipun harus meninggalkan kampung halaman dan bersembunyi di gua, mereka tetap yakin bahwa Allah akan menjaga mereka. Kesabaran dalam menghadapi cobaan ini menjadi salah satu pelajaran penting bagi umat Islam.

4. Kekuatan Persahabatan dalam Keimanan
Kisah Ashabul Kahfi juga mengajarkan pentingnya persahabatan yang didasari oleh iman. Para pemuda ini bersama-sama saling mendukung dalam mempertahankan keyakinan mereka. Persahabatan yang baik dapat membantu seseorang untuk tetap teguh dalam menghadapi tantangan. Rasulullah SAW bersabda :
 عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الْمَرْءُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلْ 
“Seseorang itu tergantung agama teman dekatnya. Maka hendaknya salah seorang dari kalian memperhatikan siapa yang menjadi teman dekatnya” (HR. Abu Dawud).
Salah memilih teman dampaknya sangat buruk bagi seseorang. Dalam sebuah hadits Rasululah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan tentang peran dan dampak seorang teman :
مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالسَّوْءِ كَحَامِلِ الْمِسْكِ وَنَافِخِ الْكِيرِ ، فَحَامِلُ الْمِسْكِ إِمَّا أَنْ يُحْذِيَكَ ، وَإِمَّا أَنْ تَبْتَاعَ مِنْهُ ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيحًا طَيِّبَةً ، وَنَافِخُ الْكِيرِ إِمَّا أَنْ يُحْرِقَ ثِيَابَكَ ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ رِيحًا خَبِيثَة
“Permisalan teman yang baik dan teman yang buruk ibarat seorang penjual minyak wangi dan seorang pandai besi. Penjual minyak wangi mungkin akan memberimu minyak wangi, atau engkau bisa membeli minyak wangi darinya, dan kalaupun tidak, engkau tetap mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan pandai besi, bisa jadi (percikan apinya) mengenai pakaianmu, dan kalaupun tidak engkau tetap mendapatkan bau asapnya yang tak sedap.” (HR. Bukhari 5534 dan Muslim 2628) 

5. Allah adalah Penguasa Waktu dan Kehidupan
Allah SWT menunjukkan kekuasaan-Nya dengan menidurkan para pemuda selama lebih dari tiga abad. Ini membuktikan bahwa waktu dan kehidupan sepenuhnya berada di tangan Allah, dan Dia mampu melakukan segala sesuatu di luar jangkauan akal manusia. Firman Allah SWT:
وَلَبِثُوْا فِيْ كَهْفِهِمْ ثَلٰثَ مِائَةٍ سِنِيْنَ وَا زْدَا دُوْا تِسْعًا
“Dan mereka tinggal dalam gua mereka tiga ratus tahun dan ditambah sembilan tahun (lagi)” (QS. Al-Kahfi: 25).

6. Tanda Kekuasaan Allah dan Hari Kiamat
Kisah ini juga menjadi salah satu tanda kekuasaan Allah dan mengingatkan manusia tentang hari kebangkitan. Para pemuda tersebut dibangunkan setelah ratusan tahun dalam keadaan tidak berubah, sebagai bukti bahwa Allah mampu membangkitkan manusia setelah kematian. Kisah ini mengingatkan kita tentang hari kiamat dan kebangkitan di akhirat.

7. Pentingnya Menjauhi Lingkungan yang Buruk
Ashabul Kahfi memilih meninggalkan lingkungan yang buruk demi menjaga keimanan mereka. Ini mengajarkan bahwa menjaga iman juga dapat berarti menjauhkan diri dari lingkungan yang dapat merusak keyakinan atau moralitas kita.

Hadirin Jama'ah Jum'at yang mulia.
Pengorbanan para pemuda ini juga menjadi simbol perjuangan yang melintasi zaman. Banyak umat Islam di sepanjang sejarah yang harus menghadapi tekanan dan ancaman karena keyakinan mereka. Ashabul Kahfi memberikan contoh bahwa meskipun dunia mengancam dan menekan, iman yang kokoh kepada Allah adalah yang terpenting.

Kisah Ashabul Kahfi tidak hanya relevan pada zamannya, tetapi juga menjadi pelajaran yang berharga bagi umat Islam di setiap era, termasuk saat ini. Di tengah kondisi dunia yang semakin kompleks, banyak umat Islam yang menghadapi tantangan serupa dengan yang dihadapi oleh para pemuda tersebut. Kedzaliman penguasa dan tekanan terhadap umat Islam semakin nyata dan terang-terangan. Berbagai kebijakan dan peraturan kerap kali diubah atau disusun sedemikian rupa sehingga merugikan kepentingan umat Islam. Hal ini seringkali dilakukan dengan alasan-alasan yang tampak rasional, tetapi pada kenyataannya memiliki tujuan untuk melemahkan posisi Islam dalam tatanan sosial dan politik.

Salah satu bentuk kedzaliman modern yang dapat kita saksikan adalah bagaimana nilai-nilai Islam berusaha direduksi dan diabaikan. Berbagai propaganda dilancarkan dengan tujuan untuk mengubah pemahaman masyarakat tentang ajaran Islam, menjauhkan umat dari keyakinan yang lurus, serta menyusupkan nilai-nilai yang bertentangan dengan syariat. Media, pendidikan, dan kebijakan pemerintah sering kali menjadi alat untuk mempromosikan ideologi-ideologi yang merusak keimanan dan moral umat. Umat Islam dipaksa untuk menerima nilai-nilai sekularisme dan pluralisme yang tidak sesuai dengan prinsip tauhid, seolah-olah ini adalah bentuk modernitas dan kemajuan.

Lebih ironis lagi, beberapa tempat ibadah umat Islam, seperti masjid, tidak luput dari upaya penodaan atas nama toleransi dan kemanusiaan. Misalnya, beberapa waktu lalu ada kasus di mana karpet merah digelar di masjid untuk menyambut tokoh agama lain atas nama kemanusiaan dan kerukunan antar umat beragama. Tindakan-tindakan semacam ini tidak hanya mengabaikan adab terhadap tempat ibadah, tetapi juga menimbulkan kebingungan di kalangan umat tentang batas-batas toleransi dalam Islam.

Hadirin Jama'ah Jum'at Rahimakumullah.
Di penghujung khutbah ini, khatib ingin menegaskan betapa pentingnya bagi kita semua untuk meneladani para pemuda Ashabul Kahfi. Keberanian mereka dalam mempertahankan keimanan di tengah tekanan dan ancaman penguasa yang zalim menjadi inspirasi bagi umat Islam sepanjang zaman. Semangat keteguhan mereka dalam menghadapi tantangan adalah contoh nyata tentang bagaimana keimanan harus dijaga, apapun konsekuensinya. Kita harus terus menghidupkan dan menyuburkan semangat ini dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam rangka menjaga keyakinan dan prinsip-prinsip agama di tengah berbagai godaan duniawi dan upaya mereduksi ajaran Islam. Semoga pelajaran ini dapat menguatkan iman kita, meneguhkan langkah kita di jalan Allah, dan memberi manfaat bagi kita semua.


أقول قولي هذا وأستغفر الله لي ولكم، فاستغفروه إنه هو الغفور الرحيم.
بارك الله لي ولكم في القرآن العظيم، ونفعني وإياكم بما فيه من الآيات والذكر الحكيم، وتقبل الله منا ومنكم تلاوته، إنه هو السميع العليم