Refleksi Tahun Baru Islam: Memperkuat Komitmen Keislaman dan Ukhuwah Umat Khutbah Jum'at, 5 Juli 2024




Desembri, SH, MA
(Kandidat Doktor Ilmu Syari'ah UIN Bukittinggi) 

الْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلَى أُمُوْرِ الدُّنْيَا وَالدِّيْنِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى أَشْرَفِ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ، نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ، 
أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا الله وَحْدَه لَاشَرِيْكَ لَهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ اْلمُبِيْن. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَـمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صادِقُ الْوَعْدِ اْلأَمِيْن. 
أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ. اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. 
فَقَالَ اللهُ تَعَالَى : 
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌ ۢبِمَا تَعْمَلُوْنَ وَلَا تَكُوْنُوْا كَالَّذِيْنَ نَسُوا اللّٰهَ فَاَنْسٰىهُمْ اَنْفُسَهُمْۗ اُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْفٰسِقُوْنَ

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah memberi kita kesempatan untuk bertemu kembali dalam khutbah Jumat kali ini. Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW, yang telah menjadi teladan bagi umat manusia dalam menjalani kehidupan ini. Saat ini, kita berada di penghujung bulan Dzulhijjah 1445 Hijriyah, dan beberapa hari lagi kita akan memasuki tahun baru 1446 Hijriyah. Peristiwa ini mengingatkan kita untuk merenungkan perjalanan waktu yang terus berjalan dan kesempatan yang Allah berikan untuk terus memperbaiki diri dan mendekatkan diri kepada-Nya.

Amma ba'du,

Saudara-saudara sekalian, dalam beberapa hari ini kita akan memasuki Tahun Baru Islam yang membawa berkah dan keberkahan. Momentum ini tidak hanya sekedar pergantian tahun, tetapi juga momen yang penuh makna untuk merenung dan merefleksikan diri kita sebagai umat Muslim.

Kaum Muslimin Sidang Jum'a Rahimakumullah.
Pergantian tahun adalah fenomena alamiah yang menegaskan bahwa waktu terus berjalan tanpa henti, mengingatkan kita akan sifat sementara kehidupan di dunia ini. Saat tahun berganti, kita merayakan pencapaian dan menyusun harapan baru, namun juga mengingatkan akan siklus kehidupan yang tak terelakkan. Peristiwa ini menjadi momen refleksi, di mana kita mengevaluasi pencapaian, belajar dari pengalaman, dan mempersiapkan diri untuk tantangan yang akan datang.

Waktu adalah salah satu manifestasi kekuasaan Allah yang harus dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya untuk meningkatkan komitmen keimanan dan keislaman kita. Allah SWT berfirman dalam Surah Al-Asr (103:1-3),
وَا لْعَصْرِ 
اِنَّ الْاِ نْسَا نَ لَفِيْ خُسْرٍ 
اِلَّا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَ عَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ وَتَوَا صَوْا بِا لْحَقِّ ۙ وَتَوَا صَوْا بِا لصَّبْرِ
"Demi masa. Sesungguhnya, manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran." Firman Allah ini menegaskan pentingnya memanfaatkan waktu untuk beriman dan beramal saleh, serta saling mendorong ke arah kebenaran dan kesabaran.

Ayat ini menunjukkan bahwa waktu adalah anugerah yang harus dimanfaatkan secara produktif untuk mencapai kebaikan dan keberkahan. Allah menegaskan bahwa manusia yang tidak memanfaatkan waktu dengan baik akan merugi, kecuali mereka yang beriman dan beramal saleh. Oleh karena itu, setiap detik dalam hidup kita merupakan kesempatan untuk mendekatkan diri kepada Allah, memperbaiki amal perbuatan, merawat ukhuwah dengan saling mengingatkan akan nilai-nilai kebaikan, serta memelihara sikap sabar dalam menghadapi setiap situasi dalam kehidupan. Kesemua hal itu, sejatinya adalah bagian dari upaya untuk menjaga dan memelihara komitmen keimanan serta keislaman kita.

Hadirin sidang Jum'at Rahimakumullah. 
Seiring berjalannya waktu, bumi dan segala isinya mengalami transformasi yang tak terelakkan. Perubahan ini merupakan bagian alamiah dari eksistensi kita di planet ini. Namun, tidak bisa dihindari bahwa suatu hari dunia ini akan mencapai akhirnya. Oleh karena itu, dunia ini tidak layak menjadi tujuan bagi perjalanan rohani kita. Cinta kepada dunia adalah pokok semua kejelekan, oleh karenanya tidak boleh menjadikan dunia sebagai tujuan hidup. Allâh Azza wa Jalla berfirman :
مَنْ كَانَ يُرِيدُ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا وَزِينَتَهَا نُوَفِّ إِلَيْهِمْ أَعْمَالَهُمْ فِيهَا وَهُمْ فِيهَا لَا يُبْخَسُونَ ﴿١٥﴾ أُولَٰئِكَ الَّذِينَ لَيْسَ لَهُمْ فِي الْآخِرَةِ إِلَّا النَّارُ ۖ وَحَبِطَ مَا صَنَعُوا فِيهَا وَبَاطِلٌ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
Barangsiapa menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, pasti Kami berikan (balasan) penuh atas pekerjaan mereka di dunia (dengan sempurna) dan mereka di dunia tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh (sesuatu) di akhirat kecuali neraka, dan sia-sialah di sana apa yang telah mereka usahakan (di dunia) dan terhapuslah apa yang telah mereka kerjakan. [Hûd/11:15-16]

Allâh Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman :
مَنْ كَانَ يُرِيدُ الْعَاجِلَةَ عَجَّلْنَا لَهُ فِيهَا مَا نَشَاءُ لِمَنْ نُرِيدُ ثُمَّ جَعَلْنَا لَهُ جَهَنَّمَ يَصْلَاهَا مَذْمُومًا مَدْحُورًا
Barangsiapa menghendaki kehidupan sekarang (duniawi), maka Kami segerakan baginya di (dunia) ini apa yang Kami kehendaki bagi orang yang Kami kehendaki. Kemudian Kami sediakan baginya (di akhirat) neraka Jahannam; dia akan memasukinya dalam keadaan tercela dan terusir. [Al-Isrâ’/17:18]
Dunia ini dilaknat oleh Allâh dan dilaknat apa yang ada di dalamnya, oleh karena itu jangan jadikan dunia sebagai tujuan. Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَلَا إِنَّ الدُّنْيَا مَلْعُوْنَةٌ مَلْعُوْنٌ مَا فِـيْهَا إِلَّا ذِكْرُ اللهِ وَمَا وَالَاهُ وَعَالِـمٌ أَوْ مُـتَـعَلِّـمٌ.
Ketahuilah, sesungguhnya dunia itu dilaknat dan dilaknat apa yang ada di dalamnya, kecuali dzikir kepada Allâh dan ketaatan kepada-Nya, orang berilmu, dan orang yang mempelajari ilmu. (HR At Tirmidzi)

Kaum Muslimin Sidang Jum`at yang dimuliakan.
Perubahan adalah sunnatullah, hukum tetap yang berlaku dalam ciptaan Allah SWT. Allah menciptakan dunia ini dalam keadaan tidak kekal, sehingga perubahan merupakan bagian alamiah dari kehidupan. Oleh karena itu, sebagai umat Islam, kita diajarkan untuk tidak terlalu terikat pada dunia dan segala sesuatu di dalamnya. Alih-alih meratapi perubahan, kita harus menerima dan mengambil hikmah dari setiap peristiwa yang terjadi. Dengan menjalani kehidupan dengan kesadaran akan kebesaran Allah dan kefanaan dunia, kita dapat memperkuat iman dan mempersiapkan diri untuk akhirat yang kekal.
Setiap individu mengalami siklus kehidupan yang berbeda-beda, dari masa muda hingga menua. Ini merupakan sunnatullah yang harus disyukuri dan dimaknai sebagai proses pembelajaran. Seperti yang dinyatakan oleh Imam Ali bin Abi Thalib, "Kehidupan adalah guru yang paling baik, tetapi hanya bagi mereka yang mau belajar." Masa lalu adalah cerminan perjalanan hidup yang memberikan pelajaran berharga untuk menjadikan diri kita lebih baik di masa depan.

Memperbaiki diri adalah tuntutan agama yang harus diemban oleh setiap muslim. Rasulullah SAW bersabda, "Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya" (HR Ahmad). Oleh karena itu, memperbaiki diri tidak hanya berarti meningkatkan kualitas diri secara pribadi, tetapi juga berkontribusi dalam meningkatkan kualitas kehidupan sosial dan umat.

Komitmen terhadap nilai-nilai keislaman merupakan kewajiban yang harus terus ditingkatkan setiap saat dalam kehidupan kita. Nilai-nilai tersebut mencakup kejujuran, kasih sayang, dan kesederhanaan dalam segala aspek kehidupan sehari-hari. Dengan mempertahankan dan meningkatkan komitmen ini, kita membangun fondasi yang kuat untuk menjalani hidup sesuai dengan ajaran agama. Hal ini tidak hanya memperkuat hubungan kita dengan Tuhan, tetapi juga memperdalam koneksi dengan sesama manusia. Oleh karena itu, penting bagi setiap individu untuk terus mengevaluasi dan memperkuat komitmen mereka terhadap nilai-nilai ini, sehingga dapat menjadikan dunia tempat yang lebih baik untuk semua.
Hadirin sidang Jum`at yang terhormat.
Ukhuwah umat merupakan pondasi kokoh dalam membangun masyarakat yang harmonis dan berkeadilan. Seperti yang disampaikan oleh Imam Ghazali,
الأُخُوَّةُ هِيَ الْوَصْلَةُ الَّتِي تَرْبُطُ قُلُوبَ الْبَشَرِ بِمَشَاعِرِ الْحُبِّ وَالرَّحْمَةِ.


"Ukhuwah adalah tali persaudaraan yang mengikat hati manusia dalam rasa cinta dan kasih sayang." Keterjagaan ukhuwah umat tidak hanya meliputi hubungan antar individu, tetapi juga antar-generasi dan antar-komunitas untuk memperkuat solidaritas dan kebersamaan dalam menghadapi perubahan zaman.



Saudara-saudara sekalian,
Memperkuat komitmen keislaman berarti tidak hanya memperdalam ibadah dan ketaatan kita kepada Allah SWT, tetapi juga mengamalkan nilai-nilai Islam dalam segala aspek kehidupan. Sebagai contoh, menjaga akhlak yang baik, menghormati hak-hak sesama manusia, serta memberikan kontribusi positif bagi masyarakat adalah bentuk konkret dari komitmen keislaman yang kita tingkatkan di Tahun Baru ini.

Selain itu, memperkuat ukhuwah umat berarti kita menjalin hubungan yang baik, penuh kasih sayang, dan saling mendukung antara sesama Muslim. Rasulullah SAW bersabda dalam hadis riwayat Muslim:

مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى

"Perumpamaan orang-orang mukmin dalam kasih sayang, saling mengasihi, dan berkasih-sayang itu, bagaikan satu tubuh. Apabila satu anggota tubuh mengeluh, maka anggota tubuh yang lain turut merasakan panas dan tidak dapat tidur karena demam."

Mari kita jadikan Tahun Baru Islam ini sebagai momentum untuk mempererat ukhuwah Islamiyah di antara kita, serta senantiasa saling mendukung dan memperbaiki diri bersama.
Dengan memahami pentingnya perubahan tahunan sebagai momentum refleksi dan introspeksi diri, kita diharapkan dapat menjalani kehidupan dengan lebih bermakna dan berarti. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan petunjuk dan kemudahan dalam setiap langkah kita untuk menjadi hamba-Nya yang lebih baik di setiap tahun yang kita lalui.


Akhir kata, mari kita tingkatkan komitmen keislaman dan memperkuat ukhuwah umat sebagai upaya kita dalam menjalani kehidupan ini dengan berkah dan rahmat dari Allah SWT. Semoga Allah SWT senantiasa memberkahi langkah-langkah kita menuju kebaikan dan keberkahan. 

أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا أَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ المُسْلِمِيْنَ وَالمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ