Oleh: Jovey Nuggraha (Ketua Umum DEMA FUAD UIN SMDD Bukittinggi)
Mahasiswa merupakan generasi muda yang secara emosional selalu bergejolak menuju kematangan serta berproses memaknai jati diri dan cara berpikirnya selalu beorientasi pada nilai-nilai kebenaran ideal. Idealisme merupakan bentuk pikiran yang melahirkan sikap peka dan peduli mahasiswa terhadap fenomena lingkungannya terutama akan hal menyangkut pelanggaran serta ketidakadilan yang selalu merugikan masyarakat.
Dalam konteks inilah, mahasiswa memiliki peran dalam mewarnai perkembangan masyarakat agar bermuara pada kesejahteraan. Gerakan sosial mahasiswa memiliki peran sebagai pengawal kebenaran dan kontrol sosial dinamika yang terjadi dalam berbagai aspek. Gerakan Mahasiswa mulai memainkan peranan dalam sejarah sosial sejak berdirinya Universitas di Bologna, Paris dan Oxford pada abad ke-13 hingga saat ini harusnya.
Pergerakan Mahasiswa hari ini terkhusus di Sumatera Barat banyak mendapatkan penilaian yang kurang baik dari berbagai kelompok masyarakat. Hal ini menurut segelintir aktivis kampus di beberapa universitas Sumatera Barat diakibatkan karena fenomena Covid-19 yang menghambat proses kaderasi, sehingga tergerusnya nilai-nilai idealisme mahasiswa saat ini. Dalam beberapa proses, penulis sepakat dengan faktor covid-19 sebagai salah satu penghambat efektifitas pengupragdan kualitas mahasiswa, namun narasi itu terkesan seperti mengkambing hitamkan situasi agar menutupi kekurangan mahasiswa dalam mengoptimalisasikan potensi-potensi lainnya seperti kritis dalam berpikir yang bisa menjadi solusi dalam menghadapi realita kehidupan.
Berpikir kritis bisa menjadi suatu kekuatan yang membuat mahasiswa bersikap dinamis dalam segala kondisi, karena pada dasarnya sikap kritis mampu melahirkan gebrakan-gebrakan yang membentuk tatanan kehidupan masyarakat. Sebut saja revolusi barat atau renaissance lahir akibat adanya wabah penyakit, krisis ekonomi, krisis politik, dan krisis pemikiran Dark Ages (Abad Kegelapan).
Fenomena abad kegelapan diatas membuat banyak lahirnya para pemikir hebat di eropa seperti Leonardo Da Vinci, Francis Bacon, Galileo Galilei, Rene Descartes dan lainnya yang juga menempuh pendidikan diberbagai universitas didunia, sehingga melahirkan pencerahan bagi bangsa eropa saat itu yang bertahan eksist sampai saat ini terutama dalam kemajuan teknologi dan peradaban.
Berangkat dari dua fenomena diatas menurut penulis, covid-19 bukanlah suatu hal yang dapat menyebabkan terjadinya degradasi pergerakan, karena berhentinya gerakan tidak disebabkan oleh covid-19, namun karena ketidakmampuan kita dalam menyesuaikan ide dan realitas yang berkembang, sehingga gagal menemukan langkah antisipatif yang dinamis serta relevan.
Seharusnya, sebagai seorang mahasiswa yang memiliki standar pengetahuan lebih baik dari kelompok manusia lain, sudah seyogyanya disetiap perkembangan peradaban selalu ada formula-formula gerakan yang dihasilkan, agar perkembangan zaman tidak menjadi alasan serta penghambat dalam menjalankan cita-cita yang telah digagas bersama-sama oleh setiap mahasiswa.