Jovey Nuggraha Ketua Umum Dewan Eksekutif Mahasiswa FUAD IAIN Bukittinggi |
Opini, SagoNews.com ~ Mahasiswa merupakan sebutan bagi orang yang sedang duduk di bangku perguruan tinggi. Namun, mahasiswa tidak hanya sekedar itu, mahasiswa juga memiliki peran dan sumbangsih dalam meningkatkan sumber daya manusia. Mahasiswa kerap disebut sebagai Agent of Change (Agen Perubahan), Social Control (Kontrol Sosial), Iron Stock (Generasi Penerus). Terlepas dari hal itu, mahasiswa juga merupakan orang-orang yang duduk dibangku perkuliahan dan mengamalkan Tri Dharma Perguruan Tinggi, yaitu: Pembelajaran, Penelitian dan Pengabdian.
Mahasiswa juga merupakan seorang intelektual yang menjadi uluran tangan masyarakat atau penyambung aspirasi masyarakat kepada wakil rakyat.
Berbicara tentang pergerakan mahasiswa, pergerakan mahasiswa di Indonesia seringkali menjadi cikal bakal perjuangan nasional, seperti yang tampak dalam lembaran sejarah bangsa. Gerakan mahasiswa ada di Indonesia sejak tahun 1908 dan melebar sampai ke era reformasi dan bahkan sampai saat ini pergerakan mahasiswa masih terus hidup dalam diri mahasiswa. Dari sana dapat kita lihat bahwasanya mahasiswa dapat memberikan efek penting terhadap sejarah bangsa.
Bagaimana tidak, banyak hal-hal penting yang berubah dari dampak pergerakan mahasiswa, sebut saja misalnya gerakan Budi Utomo pada tahun 1908 dan Peristiwa 98 yang dapat merubah arah kehidupan bangsa menuju kearah yang lebih baik.
Pada saat sekarang ini, mahasiswa seakan kehilangan jati dirinya sebagai seorang aktivis yang bergerak dalam sebuah perubahan, tentu saja ini menjadi sebuah hal yang sedikit mengecewakan melihat bagaimana sejarah pergerakan mahasiswa yang mampu serta dapat merubah keadaan menuju ke arah yang lebih baik.
Menurut penulis ada hal yang menyebabkan pergerakan mahasiswa serta kekritisan mahasiswa saat sekarang ini menjadi redup.
Pertama Apatis, Apatis merupakan kurangnya motivasi atau antusiasme terhadap suatu persoalan yang terjadi. Sifat apatis kerap kali tumbuh dalam pribadi setiap mahasiswa, biasanya apatis tumbuh karena pribadi mahasiswa yang tidak mau keluar dari zona nyamannya yang menyebabkan ia merasa acuh tak acuh dan tidak peduli terhadap segala persoalan yang terjadi. Kedua Ketidaktahuan, hal ini merupakan hal yang paling mendasar dan sering terjadi dalam tubuh mahasiswa, biasanya ketidaktahuan ini dilatarbelakangi oleh kurang pekanya mahasiswa terhadap berbagai macam persoalan baik itu isu yang terjadi di internal kampus maupun isu yang terjadi dalam lingkup nasional.
Sejatinya mahasiswa haruslah menjadi seseorang yang peka dengan berbagai persoalan serta tidak apatis terhadap berbagai hal agar pergerakan mahasiswa di Indonesia tidak makin meredup dan hal-hal yang dapat menyebabkan kerugian di tengah-tengah masyarakat dapat teratasi.