Lima Puluh Kota, Sagonews.com --
Merakit komputer bagi sebagian orang mungkin bukan suatu hal yang mudah. Namun tidak bagi Irfan Muzaki, santri Pondok Pesantren Muhammadiyah Al Kautsar Sarilamak Kabupaten Lima Puluh Kota.
berhasil merakit komputer secara autodidak adalah suatu prestasi yang patut diapresisasi. Irfan, santri yang sekarang sedang duduk di kelas X berhasil melakukan hal yang tidak mungkin menjadi mungkin berkat kegigihan putra pasangan ibu Lissuharni dan ayah seorang pendekar yang bernama Amrizal.
H.Irfan Junaidi, Kepala Sub Bagian Tata Usaha Kantor Kementerian Agama Kabupaten Lima Puluh Kota, mewakili Kepala Kantor, saat bertemu Irfan beberapa waktu yang lalu, menyebutkan bahwa santri tersebut sangat telaten dalam melakukan eksperimennya.
“Irfan anak yang tekun. Pengerjaan yang dilakukannya sangat rapi. Kami bangga dengan santri seperti Irfan. Santri seperti ini harus menjadi contoh bagi santri yang lain,” papar Kasubbag.
“Kepala Kantor melalui Seksi Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren mendukung kegiatan positif yang diadakan santri pondok Pesantren. Satu hal yang membahagiakan adalahnya hadirnya Perpres nomor 82 tahun 2021 tentang pengalokasian dana bagi Pondok Pesantren”
“Angin segar ini kita harapkan bisa membawa Pondok Pesantren khususnya di Kabupaten Lima Puluh Kota lebih maju lagi,” pungkas Irfan.
Pimpinan Ponpes Muhammadiyah Al Kautsar, Dafri Harweli, saat dikinfirmasi menyebut Irfan adalah anak yang pintar, rajin namun pendiam. “Selama lebih kurang tiga tahun di pondok, dia tidak pernah berubah menjadi buruk, baik dari segi akhlak maupun prestasinya,” jelas Dafri.
Dafri menambahkan, bahwa Irfan adalah santri yang pantang menyerah dan memliki rasa ingin tahu yang kuat. “Irfan belajar merakit komputer secara autodidak adalah karena rasa ingin tahunya yang tinggi. Ia ingin menggunakan komputer hasil rakitan sendiri untuk menunjang pendidikannya. Dan Irfan mewujudkan itu. Ia juga salah satu santri terbaik kami,” jelas pria mudah senyum ini.
Hal menarik lainnya dari seorang Irfan adalah, ia senag sekali dengan bahasa Inggris dan Rusia. Belajar dua bahasa ini juga ia lakukan dengan autodidak. Bahkan cita-citanya adalah bisa melanjutkan penididkan ke Rusia.
“Irfan menyampaikan keinginannya kepada kami untuk melanjutkan studi ke Rusia. Alasannya adalah agar bisa mendalami ilmu di bidang komputer, programming, TIK, multimedia, statistika, bereksperimen, membuat teori, dan mengupgrade hal-hal baru. Saya ingin menjadi CEO atau Direktur/Founder dan membuat perusahaan besar agar bisa membawa perubahan untuk dunia terutama untuk Indonesia tercinta,” kisah Dafri menirukan ucapan Irfan.
Sisi lain yang patut ditiru dari seorang Irfan adalah ia tidak mau meminta uang kepada orang tuanya untuk membeli perlengkapan dan kebutuhan eksperimennya. “Semua kelengkapan untuk merakit komputer adalah hasil tabungannya sendiri. Ia rela tidak jajan dan memilih puasa sunnah. Jika tidak ada kegiatan ia lebih memilih menetap dan membersihkan mesjid. Kami dan ustadz serta ustadzah di sini bangga kepada Irfan,”
“Pada saat dia menginginkan harapannya terwujud, dia hanya berusaha sendiri tanpa melibatkan orang tua. Bahkan sampai saat ini orang tuanya belum mengetahui bahwa dia bisa merakit komputer. Kami selalu berusaha memfasilitasi apa yang dibutuhkan santri. Bukan hanya kepada Irfan, tapi kepada semua santri. Tak ada pembedaan kepada mereka. Karena motto, Bersama Al Kautsar, Menguasai Dunia Meraih Surga, adalah komitmen seluruh civitas Akademi Al Kautsar,” tutup Dafri. (Nauri/Nina)