Mairiak padi, foto : Samsurijal - Sagonews.com |
SagoNews.com - Panen padi merupakan waktu yang ditunggu - tunggu oleh petani dan masyarakat pedesaan, masyarakat suku Minangkabau masih menjaga tradisi - tradisi adat dan budaya warisan nenek moyang, termasuk dalam bercocok tanam. Tanaman padi bagi masyarakat Minangkabau adalah primadona, perlakuannya terhadap sumber karbohidrat dan makanan pokok orang Indonesia ini sama dengan merawat anak sendiri.
Di Jorong Mawar 2, Nagari Lubuak Jantan, Kecamatan Lintau Buo Utara, Kabupaten Tanah Datar ada proses tersendiri dalam budidaya padi, semuanya serba manual. Pengerjaannya dilakukan secara bersama - sama, dari menanam, menyiang hingga memanen. Saat panen sekarang ini adalah saat penuh keberkahan bagi petani setempat.
Terlihat petani sedang bekerja merontokkan gabah dengan kaki mereka, disebut dengan mairiak. Biasanya di Sumatra Barat, tempat mangiriak padi itu disebut dengan lungguak, disana para petani biasanya saling melepaskan canda dan tawa. Jika pembaca telah merasakan bagaimana cemeeh orang Minangkabau, maka sebenarnya di lungguak ini adalah awal dialektika orang Minangkabau, termasuk di lapau - lapau. Tujuannya semata untuk menciptakan kerukunan antar sesama warga, pengobat lelah dan pelepas beban hidup di kepala.
Menurut Samsurijal, kontributor SagoNews.com, "Ini tradisi yang sudah sejak lama lahir, bahkan mungkin sebelum kakek kita lahir, ini adalah tradisi yang sesungguhnya tentang istilah gotong royong, yang alhamdulilah sampai saat ini di pertahankan oleh sebahagian daerah di Sumbar," katanya.
Menurut Rijal, khusus di Jorong Mawar 2 Nagari Lubuak Jantan masyarakat memang telah terbiasa dari musim ke musim melakukan hal ini, baik untuk urusan kebun ataupun sawah. Istilah lainnya bagi warga adalah ambiak laghi, artinya kita ikut mengerjakan pekerjan orang lain tanpa menerima upah berupa materi, upahnya berupa bagi hasil pertanian atau tepatnya bisa diilustrasikan, "jika petani A sedang panen maka otomatis petani lainnya akan membantu, begitu juga sebaliknya. Soal rasa aja sebenarnya," imbuh Samsurijal. (frp)