Ustad Desembri Chaniago, SH, MA |
SagoNews.com - Shalatlah di rumah kamu semuanya, lafaz azan yang dianjurkan oleh Nabi Muhammad SAW ketika mendapat wabah toghun pada masanya. Lafaz itu pula yang kini di adopsi oleh para ulama di seluruh dunia untuk menghadapi wabah corona. Pada mulanya, pertengahan bulan Februari 2020, berderai air mata para mu'azin di Timur Tengah mengumandangkannya, di Indonesia sendiri terutama di Provinsi Sumatra Barat, awalnya lafaz Shallu fii buyuutiqum mendapatkan penolakan dan kontroversi.
Namun kini, setelah dua bulan musibah corona menghantui masyarakat dan seiring dengan itu jumlah yang terjangkit kian hari kian bertambah, lafas shallu fii buyuutiqum mulai terdengar berkumandang di ranah Minang Kabau. Mulai dari kota - kota hingga ke nagari - nagari, diantaranya di Mesjid Al-Ikhlas Kecamatan Payakumbuh, Kabupaten Limapuluh Kota. Hal itu membuat tokoh - tokoh agama dan adat di ranah ini bangga, seperti halnya yang diutarakan Ustad Desembri Chaniago, SH, MA.
Ustad Desembri mengatakan, bersumber dari sebuah hadits dari ‘Abdullāh Ibn ‘Abbās (diriwayatkan) bahwa ia mengatakan kepada muazinnya di suatu hari yang penuh hujan: "Jika engkau sudah mengumandangkan asyhadu an lā ilāha illallāh (aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah), asyhadu anna muḥammadan rasūlullāh (aku bersaksi bahwa Muhammad utusan Allah), maka jangan ucapkan hayya ‘alas-shalāh (kemarilah untuk salat), namun ucapkan shallū fī buyūtikum (salatlah kalian di rumah masing-masing)."
Rukhsah atau keringanan untuk mengalihkan pelaksanaan shalat fardhu dari masjid ke rumah-rumah penduduk ketika terdapat masyaqqah (kesulitan) untuk melaksanakannya di masjid menjadi acuan bagi para ulama sedunia saat ini untuk kembali diterapkan dan dikumandangkan dari masjid-masjid.
Mengingat dalam kondisi tersebarnya Covid-19 seperti sekarang dan yang mengharuskan perenggangan sosial (at-tabā`ud al-ijtimā`ī atau social distancing), maka shalat lima waktu dilaksanakan di rumah masing-masing dan tidak perlu dilaksanakan di masjid, mushala, dan sejenisnya yang melibatkan konsentrasi banyak orang, agar terhindar dari mudharat penularan Covid-19.
Memang tidak mudah untuk mengubah sesuatu yang telah biasa dilakukan, sehingga ketika di berbagai belahan dunia termasuk di Timur Tengah lafadz azan sudah menggunakan kalimat yang intinya menganjurkan orang untuk melaksanakan shalat di rumah masing-masing, di Indonesia sendiri terutama di Provinsi Sumatra Barat, awalnya lafaz Shallu fii buyuutiqum justeru sedikit mendapatkan penolakan bahkan sempat menjadi kontroversi diberbagai kalangan.
Ketua Baznas Kabupaten Limapuluh Kota dan tokoh kebanggaan persyarikatan Muhammadiyah itu, selain terus mendakwahkan kebaikan-kebaikan yang utama bagi manusia seperti shalat, berzakat, fiqih rumah tangga dan sering mengingatkan akhlak kaum muda. Hari ini, Selasa (28/4/2020) beliau menyatakan, “kita tentunya mengapresiasi dan berterima kasih kepada muazin - muazin, pengurus mesjid dan jamaah yang mulai terlihat kompak mengikuti anjuran pemerintah dan tetap ingin mengumandangkan azan dengan lafaz Shallu fii buyuutiqum.
“Ketahuilah, bahwa semua fatwa dan himbauan para Ulama itu dikeluarkan justeru dalam rangka menghadirkan kemaslahatan bagi agama dan umat ini, kita tidak ingin nantik sejarah mencatat masjid sebagai episentrum penyebaran Covid-19 karena terus saja menjalankan aktivitas yang menimbulkan konsentrasi massa, padahal saat ini dibutuhkan keseriusan dalam menjaga jarak dalam rangka memutus penyebaran virus mematikan ini. Hal ini merupakan bentuk kontribusi positif dan nyata dari agama yang kita yakini dalam menyelamat jiwa manusia dari ancaman virus berbahaya yang sedang berjangkit”, demikian kata Ustadz Desembri menutup penjelasannya. (frp)
Baca Juga : Himbauan Walikota Riza Falepi
Link terkait : Imbauan Tokoh Agama dan Tokoh Adat terkait wabah corona