Foto ilustrasi |
M. Ariful Fikri, S.Kep.
(Pengurus DPD KNPI Provinsi Sumatera Barat)
Opini, SagoNews.com - “Kami berikan jasa kami, tolong jangan tolak jasad kami”. Kalimat yang singkat dan lugas, tapi memiliki makna yang sangat dalam. Bagaimana tidak, hati tenaga kesehatan sedang tercabik. Berjuang demi keselamatan masyarakat, tetapi ketika musibah mendatanginya masih ada sekelompok orang yang dengan gagah berani mengajukan keberatan dan menolak jenazah sang pahlawan.
Alasan penolakan hanya didasari perasaan paranoid virus Corona akan menular ke masyarakat. Bukan alasan logis, apalagi alasan ilmiah yang memiliki sumber ilmu pengetahuan yang kuat seperti penelitian para ahli. Hanya alasan perasaan. Ini tidak fair! Jenazah positif covid 19, sudah mengikuti protokol yang sedemikian rupa. Jangan pernah takut apalagi menolak pemakaman, ini pelanggaran yang sangat berat. Paranoid jangan dikedepankan, apalagi keegoisan. Bahkan untuk memberi penghormatan pada tenaga kesehatan, Taman Makam Pahlawan pantas menjadi tempat peristirahatan terakhir bagi mereka yang sudah gugur.
Ketika tenaga kesehatan dituntut untuk selalu memberikan pelayanan terbaik. Masih ada masyarakat yang tidak memikirkan bagaimana kondisi tenaga kesehatan saat ini dirumah sakit. Banyak tenaga kesehatan harus berfikir kreatif mengatasi segala dinamika yang ada di lingkungan rumah sakit. Kekurangan Alat Pelindung Diri (APD) menjadi kendala utama yang harus dihadapi tenaga kesehatan di Indonesia saat ini. Tak jarang jas hujan menjadi alternatif hazmat yang semestinya digunakan. Sementara diluar sana masih ada orang sehat yang menggunakan hazmat untuk bepergian ke daerah lain, yang lebih ironis lagi ada yang menggunakan untuk hanya sekedar belanja ke pusat perbelanjaan. Tak bijak dalam bertingkah laku!
Berdasarkan pemodelan oleh WHO, setiap bulannya penanganan virus corona di dunia akan memerlukan 89 juta masker medis, 76 juta sarung tangan, dan 1,6 juta pelindung mata. Kelangkaan menjadi musuh yang nyata bagi tenaga kesehatan saat ini. Kemana hendak mengadu? Stok barang yang memang menipis dan semakin hari semakin habis.
Kelangkaan APD terjadi karena banyaknya permintaan, pembelian berlebihan karena panik (panic buying), dan penimbunan. Harus kita akui, kondisi sulit saat ini malah menjadi ladang pemasukan bagi oknum yang tidak bertanggung jawab. Demi materi, terkadang rela menggadaikan nilai kemanusiaan nya.
Masyarakat harus cerdas menyikapi, perlu ditegaskan bahwa APD mengalami kelangkaan bagi tenaga kesehatan. Kita harus bijak memilih, kalau tidak bisa memberi solusi setidaknya tidak ikut memperkeruh keadaan. Masyarakat bisa menggunakan masker kain sebagai perlindungan. Karena masker kain telah mendapatkan izin dari pemerintah untuk digunakan sebagai pencegahan dan pelindung diri. Masker medis hanya digunakan untuk tenaga kesehatan.
Sarung tangan medis juga menjadi barang yang sangat dibutuhkan dirumah sakit. Masyarakat perlu pemahaman, sarung tangan medis hanya untuk tenaga kesehatan yang akan menangani pasien dirumah sakit. Mereka lebih membutuhkan. Masyarakat hanya perlu mencuci tangan dengan sabun. Jika diperlukan, gunakan sarung tangan lain selain dari sarung tangan medis. Mari kita bekerjasama untuk melawan covid 19 ini.
Habis kata kita sampaikan pada tenaga kesehatan, mereka bagai malaikat tanpa sayap yang menjadi penolong saudara kita yang sedang terbaring dirumah sakit. Tak sedikit dari mereka yang berkorban. Ada yang tidak bertemu keluarga nya, ada yang positif covid 19, bahkan ada yang berkorban nyawa demi membantu mereka yang berjuang melawan covid 19. Banyak dari mereka yang berjuang dengan APD seadanya karena keegoisan kita membeli untuk keselamatan diri sendiri. Padahal ada orang yang lebih membutuhkan. Kita cukup #dirumahaja jika tidak ada keperluan yang mendesak untuk keluar.
Kerjasama yang baik adalah kunci untuk menghentikan penyebaran covid 19. Sudah terlalu banyak korban berjatuhan, Karyawan kehilangan pekerjaan, tenaga kesehatan yang berguguran. Patuhilah aturan pemerintah. Tidak ada aturan yang dibuat untuk menyengsarakan. Ada niat baik dibalik aturan yang disahkan. Sekali lagi, jangan egois terhadap diri sendiri! Kalau tidak kita yang menjadi korban, bisa jadi kita yang menyebarkan. Untuk tenaga kesehatan, salam hormat, mereka pahlawan! (*)